Gaya Hidup Mahasiswa di Warung Kopi

imm staim

Modernis.co, Lamongan – Indonesia adalah salah satu penghasil biji kopi terbaik di dunia. Indonesia berada di peringkat ketiga penghasil kopi terbesar di dunia setelah Brazil dan Vietnam dengan total produksi 748 ribu ton atau 6,6% dari produksi kopi dunia pada tahun 2012 (Hartono, 2015). Kopi adalah sejenis minuman yang berasal dari proses pengolahan eksrtaksi biji tanaman kopi.

Kata kopi sendiri berasal dari dari bahasa Arab (qahwah) yang berarti kekuatan, karena pada awalnya kopi sering dianggap minuman berenergi tinggi. Kata qahwah kembali mengalami perubahan menjadi kahveh yang berasal dari bahasa Turki dan kemudian berubah lagi menjadi coffe dalam bahasa Belanda. Pengunaan kata coffe kemudian di serap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kopi (Said, 2017).

Menikmati secangkir kopi di pagi hari dan ketika waktu senggang sudah menjadi kebiasaan masyarakat Indonesia sejak dulu. Maka, seiring berjalannya waktu penikmat kopi bukan hanya kaum adam saja dan penikmat kopi juga tidak pandang usia lagi. Mulai dari remaja hingga orang dewasa. Mereka menikmati secangkir kopi dengan diselingi bercengkrama dengan rekannya. Dewasa ini, kebiasaan untuk nongkrong di warung kopi ngopi telah menjadi budaya di berbagai wilayah.

Perkembangan warung kopi di Lamongan khususnya di Desa Solokuro Kecamatan Solokuro cukup cepat, dimana warung kopi yang dulunya hanyalah sebatas aktivitas untuk mengisi waktu luang dan beristirahat para kaum adam, kini berubah menjadi sebuah tempat yang tidak hanya sebatas mengisi waktu luang saja.

Aktivitas atau kegitan di warung juga mengalami perubahan. Perubahan-perubahan yang terjadi misalnya aktivitas di warung kopi yang dulunya hanya sebatas menikmati secangkir kopi  saja kini berubah, yang dimana dengan adanya fasilitas-fasilitas yang disediakan di warung kopi membuat pelanggan tidak hanya sebatas menikmati minuman yang disediakan saja. Aktivitas di warung kopi sekarang ini seperti bermain game bersama, streaming atau nonton online bersama dan juga menikmati live musik yang disediakan pemilik warung kopi.

Menjamurnya warung kopi di Lamongan telah mendorong tumbuhnya ruang publik. Warung kopi tidak lagi hanya sebatas sarana pemenuhan kebutuhan akan minum kopi, tapi telah berubah bentuk dan wajah sebagai ruang sosial dan budaya. Ini dimungkinkan karena di dalam lingkup warung kopi tidak ada sekat-sekat perbedaan latar belakang ekonomi, sosial, dan budaya pengunjung dengan suasana dan komunikasi yang bebas dan secair mungkin. Sehingga setiap masyarakat dari berbagai kelas sosial, dapat melebur bersama dalam ruang sosial yang penuh dengan dinamika.

Warung kopi juga dapat memicu terciptanya keterbukaan dan pertukaran informasi, karena ruang sosial yang disediakan oleh warung kopi bebas dalam membicarakan masalah-masalah dalam kehidupan sosial dan budaya tanpa ada intervensi dan intimidasi dari kelompok lain. Dalam lingkup warung warung kopi bisa mengekspresikan dirinya, tidak ada aturan ataupun ikatan satu sama lainnya.

Penikmat kopi yang dulunya kebanyakan kaum bapak-bapak kini berubah tidak hanya kaum bapak-bapak saja, penikmat kopi sekarang ini berasal dari berbagai kalangan tidak terkecuali dari kalangan mahasiswa khususnya mahasiswa di Lamongan. Aktivitas nongkrong dapat dikatakan telah beralih fungsi menjadi kampus kedua mahasiswa.

Aktivitas nongkrong tidak dijadikan sekadar ajang mencari hiburan saja tapi digunakan juga sebagai tempat bertukar pikiran, berdiskusi hingga tempat belajar mahasiswa. Warung kopi yang buka malam hari diminati oleh banyak mahasiswa karena aktivitas mahasiswa pada pagi hingga sore hari sangatlah padat oleh kegiatan kampus.

Berbeda pada saat perkuliahan, di warung kopi para mahasiswa tidak perlu takut mengeluarkan gagasan dan ide yang mereka miliki. Mahasiswa terus melakukan diskusi sore hingga larut malam, para mahasiswa silih berganti datang ke warung kopi, yang letaknya tidak jauh dari rumah mereka. Mereka memiliki kebebasan dalam bergerak dan mereka tidak terbebani oleh orang yang menjadi pemimpin dalam kampus sendiri.

Fasilitas-fasilitas seperti wifi, colokan, live music dan juga nuansa warung kopi yang memberikan kenyamanan membuat para pengunjung betah berlama-lama di warung kopi. Kondisi kehidupan di kampus yang dibebani dengan tugas-tugas kuliah membuat mahasiswa membutuhkan sebuah tempat yang nyaman dan tentunya tanpa ada aturan-aturan khusus di dalamnya, hal ini yang membuat warung kopi menjadi salah satu tempat favorit bagi mahasiswa menghabiskan waktu senggang mereka.

Di warung kopi pula mahasiswa bisa bebas berdiskusi apa saja bersama teman-teman tanpa ada aturan  yang ada. Warung kopi juga bisa sebagai media untuk mahasiswa melakukan diskusi, karena mahasiswa di warung kopi merasa memiliki tempat yang nyaman untuk melakukan diskusi.

Warung kopi yang menjadi tempat berkumpulnya berbagai kalangan mahasiswa maupun non mahasiswa menciptakan berbagai relasi sosial di dalamnya, dan tidak menutup kemungkinan menciptakan relasi bagi kalangan mahasiswa. Relasi itu bisa antar mahasiswa dan non mahasiswa, maupun sesama kalangan mahasiswa, bisa juga relasi terjadi antar satu kelompok dengan kelompok lainnya di dalam ruang lingkup warung kopi.

Warung Kopi di Lingkungan Mahasiswa

Warung kopi adalah tempat disediakannya minuman kopi yang sifatnya sederhana untuk dikonsumsi masyarakat sebagai pelanggannya, yang mempunyai identitas seperti tulisan maupun disertai dengan gambar pada warungnya dengan desain sederhana. Warung kopi menjadi ikon lama bagi para mahasiswa untuk berinteraksi, baik berupa pertemanan yang membincangkan hal serius maupun yang yang cuma bercanda dan menghabiskan waktu luang, selain menghabiskan waktu.

Tetapi ada beberapa warung kopi pula dipakai sebagai tempat untuk mendapatkan fasilitas tertentu yang biasa disebut fasilitas wi-fi yang mampu menyambungkan laptop dan handphone (HP) ke akses  internet yang tidak menutup mata akan perkembangan zaman.

Perkembangan warung kopi saat ini terbilang pesat dan menjamur hampir di setiap sudut desa maupun kota. Warung kopi banyak memberi layanan bagi mahasiswa sebagai pusat interaksi sosial. Warung kopi dilihat memberi kesempatan kepada masyarakat untuk berkumpul, berbicara, membaca, menulis, menghibur satu sama lain atau membuang waktu baik secara individu maupun kelompok.

Dalam perkembangannya warung kopi memiliki tempat tersendiri bagi para pemiliknya. Seiring dengan perkembangan zaman, warung kopi terus bertransformasi menyesuaikan zaman dan kebutuhan dari para penikmat kopi.

Ruang publik di Kabupaten Lamongan sangat beragam, seperti warung kopi, rumah makan, kafe dapat membantu mahasiswa untuk berinteraksi dengan sesama mahasiswa maupun dengan kalangan lain untuk menciptakan berbagai relasi sosial. Namun, dari bermacam ruang publik yang ada di Kabupaten Lamongan, dimana warung kopi lebih banyak dikunjungi kalangan mahasiswaa daripada kafe dan rumah makan.

Karena warung kopi cenderung tidak memiliki  aturan-aturan yang kuat dan bersifat dinamis dibandingkan ruang publik seperti rumah makan dan kafe. Aturan-aturan yang ada di rumah makan maupun kafe biasanya, seperti tidak diperbolehkan buka baju, memukul meja, mengeluarkan suara keras dan duduk mengangkat kaki ataupun tidur terlentang.

Dimana kalangan mahasiswa kafe maupun rumah makan yang disajikan, dan setelah itu langsung pulang dan rumah makan dan kafe juga cenderung memiliki pengunjung (mahasiswa) yang berbeda-beda setiap hari meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa kafe dan rumah makan memiliki pengunjung tetap.

Sementara pengunjung warung kopi menghabiskan waktu yang cukup banyak di warung kopi untuk bertemu dengan sesama pengunjung lainnya yang dimana antar pengunjung warung kopi sudah ada yang saling mengenal terlebih dahulu dan saling mengenal di warung kopi karena terjadinya interaksi sosial yang terjalin secara terus menerus karena saling bertemu di warung kopi yang sama dan tidak menutup kemungkinan memiliki ikatan satu sama lain.

**

George Ritzer dan Goodman J Daunleas (2004:383) mengatakan bahwa salah satu ciri khas teori jaringan adalah pemusatan perhatiannya pada struktur mikro hingga makro. Artinya, bagi teori jaringan, aktor (pelaku) mungkin saja individu tetapi mungkin pula kelompok, perusahaan dan masyarakat.

Selaras dengan pendapat di mana mahasiswa sebagai individu berinteraksi dengan mahasiswa lainnya ataupun dengan kalangan lainnya seperti wirausaha, kantoran dan lainnya. Dengan interaksi yang tercipta menimbulkan hubungan-hubungan sosial diantara para pelaku.

Hubungan-hubungan sosial ini sambungkan dengan kepercayaan. Dimana kepercayaab itu dipertahankan oleh norma yang mengikat kedua belah pihah yaitu mahasiswa dengan mahasiswa maupun mahasiswa dengan kalangan lainnya. Kepercayaan yang terjadi dalam aktivitas mahasiswa di warung kopi  dapat dilihat dari perilaku pinjam meminjam diantara kedua belah pihak.

Pinjam meminjam dalam hal ini dapat dilihat dari seringnya mahasiswa meminjam uang antarmahasiswa ketika sedang mengalami kesulitan ekonomi, pinjam meminjam buku, charger, sampai memberikan izin untuk menginap di kosan atau kontrakan ketika ada teman yang sedang mengalami masalah.

Rasa percaya  yang tinggi dari hasil interaksi yang dilakukan secara terus menerus di warung kopi menyebutkan mahasiswa satu dengan yang lainnya tidak lagi mempunyai rasa khawatir dan curiga untuk memberikan bantuan atau pertolongan pada teman yang membutuhkan. Kepercayaan membutuhkan norma di dalamnya, maka kepercayaan yang sudah terjalin tidak disalahartikan oleh salah satu pihak sehingga tidak terjadi konflik di kemudian hari.

Norma tersebut mengikat mahasiswa satu dengan yang lainnya dalam mempertahankan kepercayaan untuk tetap terlibat didalam jaringan yang telah terbentuk dalam ranah politik seperti ketika melakukan peminjaman uang ataupun barang harus dikembalikan tepat waktu, ketika ada sikap tolong-menolong yang terjadi di antara mahasiswa maka harus ada timbal balik di dalamnya. Sementara norma yang terjadi dalam aktivitas di lingkup warung kopi tergolong memiliki aturan yang lebih dinamis. Dapat dilihat dari kebebasan dalam berinteraksi.

Jaringan sosial mahasiswa yang terbentuk di warung kopi menciptakan terbentuknya organisasi atau kelompok pencinta alam, pencinta literasi, dan lain sebagainya terjadi antarmahasiswa dilakukan di warung kopi, timbulnya kepercayaan diantara mahasiswa, adanya kerjasama bisnis seperti online shop (jualan dalam jaringan) dan sikap merangkul dan saling membantu yang terjadi pada mahasiswa apabila mengalami kesusahan.

Oleh: Fathan Faris Saputro (Alumni Darul Arqam Madya Nasional PC IMM Jakarta Timur 2021)

editor
editor

salam hangat

Related posts

Leave a Comment